- Back to Home »
- Al-Quran , Al-Quran adalah , artikel , islam , pengalamankuliah , Pengetahuan Umum »
- Syukur Nikmat Dalam Islam
Posted by : Iga Daebak
Saturday, 3 October 2015
WELCOME TO
Iga Daebak
( ^_^ )
Syukur Nikmat
Allah
mengurniakan rezeki kepada sesiapa sahaja yang dikehendaki-Nya kerana Allah
bersifat Maha Pemurah, tinggal lagi kita sebagai hamba-Nya hendaklah sentiasa
berusaha mencari rezeki, berdoa kepada-Nya moga dipermudahkan rezeki itu dan bersyukur
dan redha atas nikmat yang diberi. Jika dihitung nikmat Allah nescaya kita
tidak dapat menghitung. Nikmat Allah terlalu luas. Carilah rezeki Allah dimana2
sahaja..asalkan yang baik lagi halal. Rezeki yang diberkati adalah rezeki yang
terhadapnya kita sentiasa merasa cukup malah boleh lagi memberi dan bersedekah
dan menggunakannya pada jalan bermanfaat yang lain . Orang yang merasa cukup
adalah orang yang bersyukur. Jadilah hamba-Nya yang sentiasa bersyukur..jgn
pula mecontohi kisah Qarun yang diceritakan di dalam al-Quran sebagai orang
yang kufur nikmat. Qarun begitu angkuh dengan harta yang dikurniakan Allah
kepadanya. Di dalam Quran Allah menceritakan
"Qarun berkata, "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu kerana ilmu
yang ada padaku"....."[Surah al-Qasas: 78]
Begitu angkuh kata-kata Qarun..Akibat sifat angkuh dan sombong Qarun terhadap
nikmat berupa harta yang diberi Allah, Allah membalas dengan azab-Nya yang
pedih.
"Maka Kami benamkan Qarun beserta rumahnya ke dalam Bumi. Maka tidak ada
baginya satu golongan pun yang menolongnya terhadap azab Allah, dan tiadalah ia
termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya)" [Surah al-Qasas: 81].
Marilah sama-sama mengambil pelajaran dari kisah Qarun yang terang-terangan
diceritakn melalui kalam Allah.
" ..Aduhai, benarlah Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia
kehendaki dari hamba-hambanya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak
melimpahkan kurnia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula).
Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang yang mengingkari (nikmat
Allah)" [Surah al-Qasas: 82]
'Ya Allah..ya Allah..ya Allah..Tuhan yang Mengurniakan rezeki, limpahilah kami
dengan rezeki-Mu dan jadikalah kami hamba-Mu yang sentiasa mensyukuri
nikmat-Mu'
“Dan ingatlah tatkala Tuhannu memaklumatkan,
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu;
dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.””
(Surah Ibrahim:7)
Pertama-tama
marilah kita panjatkan puji syukur kita kepada Allah atas nikmat iman, nikmat
sehat, nikmat umur, nikmat ukhuwah, serta nikmat lainnya yang tidak dapat
disebutkan satu persatu, sehingga kita dapat dipertemukan dalam acara
tasyakuran ini, yang mudah-mudahan Allah mencatat segala langkah ibu dan bapak
sekalian untuk hadir di sini, sebagai pemberat timbangan kebaikan di hari
akhirat kelak.
Salawat dan
salam juga kita sampaikan kepada Rasulullah SAW, tauladan kehidupan kita,
kepada keluarganya, para sahabatnya, serta para pengikutnya yang senatiasa
berupaya melaksanakan segala syariatnya.
“Maha Suci Allah yang ditangan-Nya segala
kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Yang menjadikan mati dan
hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya,
dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. Yang telah menciptakan langit
berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat ciptaan Allah yang Maha Pemurah
sesuatu yang tidak seimbang, maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu melihat
sesuatu yang tidak seimbang?” (Al Mulk: 1-3)
Tujuan Allah menciptakan
kehidupan dan kematian adalah untuk menguji hamba-hamba-Nya siapa diantaranya
yang baik amal perbuatannya selama di dunia (ahsanu ‘amala). Syarat diterimanya suatu amalan adalah :
1. Niat
semata-mata mencari ridho Allah,
2. Caranya
sesuai dengan Al Qur’an dan sunnah Rasul.
Allah
menggunakan berbagai cara untuk menguji keimanan kita selama di dunia ini.
Ujian dapat dalam bentuk kenikmatan, kebahagiaan, kesenangan, jabatan, dll,
juga dapat berupa kekurangan, ketakutan, kesedihan, kemiskinan, dll.
Allah menguji
kita bukan berarti Allah ingin menelantarkan kita, akan tetapi ini merupakan
bentuk Maha Penyayangnya Allah kepada kita, karena Allah ingin menakar kualitas
penghambaannya agar hamba-hamba-Nya masuk ke dalam Syurga. Seperti halnya ujian
yang kita hadapi ketika akan menaiki jenjang pendidikan yang lebih tinggi, agar
kita meraih jenjang tersebut.
Jadi hakekat
menghadapi kehidupan di dunia ini sesungguhnya hanya dengan 2 S saja, yaitu
sabar dan syukur, karena Allah senantiasa akan menguji kita berupa kesusahan
dan kesenangan. Sabar berarti menahan diri dari membenci atas Takdir-Nya, dan
menahan lisan dari keluh kesah, serta menahan anggota badan dari perbuatan
maksiat.. Dan syukur berarti menempatkan seluruh pemberian Allah pada diri kita
sesuai dengan kehendak/keinginan Allah.
Ada pendapat
ulama yang mengatakan sabar lebih utama dari syukur, dan ada juga yang
berpendapat syukur lebih utama dari sabar. Sementara itu Umar bin Khattab
berkata, “ Seandainya sabar dan syukur itu berupa 2 ekor unta, maka aku tidak
peduli mana diantaranya yang akan aku naiki”. Ini berarti kedudukan sabar dan
syukur sama pentingnya, juga seperti sabda rasulullah SAW,” Pemberi makan yang bersyukur ialah setingkat
dengan orang berpuasa yang bersabar” (Al Bukhari, At Tirmidzi, Ibnu
Majjah). Meskipun dalam Al Qur’an lebih banyak kita temukan ayat-ayat tentang
sabar dari pada ayat-ayat tentang syukur, namun dari sisi bobotnya sama,
misalnya :
”Apabila kamu bersyukur, maka benar-benar
akan Aku tambah nikmat (kepada kalian)…” (Ibrahim: 7).
“Dan sesunggguhnya Kami akan memberikan
balasan kepada orang-orang yang bersabar dengan pahala yang lebih baik dari apa
yang telah kamu kerjakan”. (An Nahl: 96).
Sesungguhnya
segala sesuatu yang terjadi di alam semesta ini tidak terlepas dari Qodho
(Ketetapan) dan Qodar (kehendak) Allah. Hal ini sudah tercermin dalam salah
satu rukun iman kita, yaitu percaya kepada Qodho dan Qodar Allah. Hanya dengan
sekedar percaya saja kita sudah dapat dikatakan beriman. Namun apakah kita
semua sudah cukup puas hanya dengan percaya saja? Tentunya bila kita
menginginkan iman kita lebih baik lagi, maka bukan hanya mempercayainya saja,
namun kita menyikapi qodho dan qodar itu dengan bersabar dan bersyukur.
“Katakanlah: “Sekali-kali tidak akan menimpa
kami, melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami. Dialah
pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus
bertawakal”. (At Taubah:51).
Ketetapan dan
kehendak Allah ada 2 jenis:
1.
Ketetapan dan kehendak Allah terhadap diri kita dan alam semesta
Terhadap diri
kita dan alam semesta dapat berupa nikmat maupun musibah. Kita tidak pernah
tahu sebelumnya kapan nikmat dan musibah tersebut akan terjadi terhadap diri
kita, dan biasanya kita baru dapat mengetahuinya setelah kejadian, dan itu yang
disebut dengan takdir. Namun takdir yang akan terjadi terhadap alam semesta
(sunnatullah = hukum alam) dapat diprediksi dengan menggunakan kemajuan
teknologi. Sehingga manusia dapat menghindarinya dari musibah bencana alam.
Contoh: Halilintar, tsunami, gempa bumi. Bila menghadapi musibah maka
disunnahkan untuk menyebut “Inna lillaahi wa inna ilaihi roojiuun”
2.
Ketetapan dan kehendak Allah dari diri kita
Yaitu berupa
ketetapan syar’i yang tidak dapat dirubah lagi oleh manusia. Contoh: Aturan
sholat, haji, dll.
Bila semuanya
sudah menjadi ketentuan Allah apa yang harus kita perbuat? Yaitu dengan doa,
karena hanya dengan do’a kita dapat memohon kepada Allah agar dihindari dari
segala takdir yang buruk.
“Aku mengabulkan permohonan orang-orang yang berdo’a, apabila ia memohon
kepada-Ku, hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku, dan hendaklah
mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu dalam kebenaran” (Al
Baqarah: 186)
Jadi pada
hakekatnya seluruh do’a kita akan dikabulkan Allah, namun tergantung dari kita
apakah kita sudah memenuhi segala perintah-Nya atau belum. Do’a dapat Allah
kabulkan dalam beberapa cara:
- Dikabulkan secara tunai.
- Diganti dengan yang lebih baik
- Ditunda
- Dibalas di akhirat
Sesungguhnya
apapun yang kita kerjakan maka tidak akan mepengaruhi kedudukan Allah. Kita
bersyukur manfaatnya tidak kembali kepada Allah, ingkar (kufur) juga
mudhorotnya tidak kembali kepada Allah, melainkan kepada kita sendiri.
“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu
berbuat baik bagi dirimu sendiri, dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan)
itu bagi dirimu sendiri.” (Al Isra’: 7)
Bersyukur atas
nikmat adalah bukti bagi lurusnya keimanan dalam jiwa manusia. Dan orang yang
bersyukur kepada Allah akan selalu merasakan muroqobatullah (Kebersamaan Allah) dalam
mendayagunakan kenikmatan-Nya, dengan tidak disertai pengingkaran, perasaan
menang dan unggul atas makhluk lainnya, dan penyalahgunaan nikmat.
Mensyukuri
nikmat yaitu dengan mengungkapkan rasa kesyukuran dengan 3 azaz:
- Mengakui di dalam bathin
- Mengucapkannya dengan lisan,
- Menggunakan nikmat sesuai dengan kehendak pemberi
nikmat.
Manfaat syukur:
- Mensucikan jiwa
- Mendorong jiwa untuk beramal sholeh dan
mendayagunakan kenikmatan secara baik melalui hal-hal yang dapat
menumbuhkembangkan kenikmatan tersebut.
- Menjadikan orang lain ridho dan senang kepada
jiwa itu dan kepada pemiliknya, sehingga mereka mau membantu dan
menolongnya.
- Memperbaiki dan melancarkan berbagai bentuk
interaksi dalam sosial masyarakat, sehingga harta dan kekayaan yang
dimiliki dapat terlindung dengan aman.
"Qarun berkata, "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu kerana ilmu yang ada padaku"....."[Surah al-Qasas: 78]
Begitu angkuh kata-kata Qarun..Akibat sifat angkuh dan sombong Qarun terhadap nikmat berupa harta yang diberi Allah, Allah membalas dengan azab-Nya yang pedih.
"Maka Kami benamkan Qarun beserta rumahnya ke dalam Bumi. Maka tidak ada baginya satu golongan pun yang menolongnya terhadap azab Allah, dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya)" [Surah al-Qasas: 81].
Marilah sama-sama mengambil pelajaran dari kisah Qarun yang terang-terangan diceritakn melalui kalam Allah.
" ..Aduhai, benarlah Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hambanya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan kurnia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang yang mengingkari (nikmat Allah)" [Surah al-Qasas: 82]
'Ya Allah..ya Allah..ya Allah..Tuhan yang Mengurniakan rezeki, limpahilah kami dengan rezeki-Mu dan jadikalah kami hamba-Mu yang sentiasa mensyukuri nikmat-Mu'